Rabu, 03 April 2013

BROMO


Gunung Bromo (dari bahasa Sanskerta : Brahma, salah seorang Dewa Utama Hindu), merupakan gunung berapi yang masih aktif dan paling terkenal sebagai obyek wisata di Jawa Timur. Sebagai sebuah obyek wisata, Gunung Bromo menjadi menarik karena statusnya sebagai gunung berapi yang masih aktif.
Bromo mempunyai ketinggian 2.392 meter di atas permukaan laut itu berada dalam empat wilayah, yakni Kabupaten Probolinggu, Pasuruan, Lumajang dan Kabupaten Malang. Bentuk tubuh Gunung Bromo bertautan antara lembah dan ngarai dengan kaldera atau lautan pasir seluas sekitar 10 kilometer persegi.
Gunung Bromo mempunyai sebuah kawah dengan garis tengah ± 800 meter (utara-selatan) dan ± 600 meter (timur-barat). Sedangkan daerah bahayanya berupa lingkaran dengan jari-jari 4 km dari pusat kawah Bromo. 
(sumber : wikipedia)

BROMO Unforgetable Journey

Perjalanan ini direncanakan oleh suamiku, katanya "kamu kan udah biasa liat pantai dan laut, apa salahnya kita coba jalan-jalan ke gunung?" hhmmmm bener juga yaa, ini adalah kesempatan saya untuk melihat keindahan gunung yang selama ini hanya bisa saya lihat dari TV dan internet. Lets Rock..!!!!

Sabtu tanggal 23 Maret 2013. Pukul 03.00 WIB berangkat dari rumah ke Bandara Soekarno-Hatta, lanjut dari Bandara Soekarno-Hatta pukul 05.05 WIB, tiba di Bandara Juanda Surabaya pukul 06.10 naik pesawat Boeing 737-900ER milik maskapai penerbangan Lion Air.

Dari Bandara Juanda perjalanan kami dilanjutkan dengan menggunakan angkutan pemadu moda Damri Bandara menuju terminal Purabaya lama perjalanan kurang lebih 20 menit dengan tarif Rp. 15.000,00/orang artinya Rp. 30.000,00 untuk kami berdua.


Sampai terminal Purabaya perjalanan masih dilanjutkan dengan menggunakan bus Patas AC dengan rute Purabaya-Jember, kami tidak turun di Jember tapi turun di terminal Probolinggo yang dilewati bus Purabaya-Jember, tarif Bus Purabaya-Probolinggo Rp. 23.000,00 / orang total Rp. 46.000,00 untuk kami berdua, lama perjalanan 2 jam, sampai terminal Probolinggo kamipun istirahat sebentar makan nasi rawon ^_^ walaupun sebenarnya nasi rawon yang kami makan itu tidak enak tapi kami cukup menikmatinya.

Alhamdulillah setelah kenyang suamiku pun mencari mini bus yang bisa membawa kami ke Desa Ngadisari, saya tetap menunggu di warung makan di terminal Probolinggo. Kami ditawarin PAKET WISATA BROMO oleh supir mini bus Rp. 350.000,00 / orang, dan pilihan kami jatuh ke paket wisata bromo, Rp. 700.000,00 untuk kami berdua, saat mengambil paket inilah kami bertemu dengan teman seperjalanan namanya ibu Sri dan suaminya dari Banjarmasin.

Kalau bukan paket biaya mini bus Probolinggo - Ngadisari Rp. 25.000,00 / orang dengan catatan mini bus akan jalan setelah penumpang berjumlah 10 orang, penginapan dan hotel sekitar Rp. 50.000,00 sampai Rp. 200.000,00 / malam, sewa Jeep untuk perjalanan wisata 4 spot Rp. 600.000,00 muat 6 orang per 1 Jeep.

Sebelum kami melakukan perjalanan ini kami sudah googling info tentang perjalanan ke Bromo ini, supaya kami tidak buta sama sekali diperjalanan.

Lanjut terminal Probolinggo-Cemorolawang desa Ngadisari naik mini bus kurang lebih 2 jam perjalanan. Sepanjang pejalanan itu kami disuguhi pemandangan yang SUBHANALLAH indahnya tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata, padahal kiri dan kanan jalan yang kami lalui itu hampir semuanya jurang, namun rasa takut itu terkikis habis oleh pemandangan indah yang kami liat sepanjang perjalanan.


Ada 2 pilihan penginapan (home stay) yang ditawarkan oleh supir mini bus, penginapan yang pertama ditawarkan agak jauh dari Cemorolawang, penginapan kedua yang ditawarkan adalah Losmen Santuso nah kami cocok dengan penginapan yang kedua ini karena berada pas di Cemorolawang dengan view Gunung Batok dan Gunung Bromo, kami ambil kamar yang ada di lantai 3, biar bisa lihat pemandangan gunung-gunung yang indah itu. Lumayanlah penginapannya, ada beberapa hotel juga di Cemorolawang, tapi kalo saya wisata ke tempat begini tidak perlu check in di hotel, karena waktu kita lebih banyak diluar daripada di kamar hotel. Sampai penginapan jam 11.00 WIB istirahat, dan bangun jam 4 sore, tantangan pertama yang saya lakukan disini adalah mandi, heheheee..... kok jadi tantangan????? ya iyalah secara air yang keluar dari shower di kamar mandi itu dinginnya seperti air es yang baru dikeluarin dari kulkas, bbrrrrrrrrr duinginya...... serasa ditusuk-tusuk pakai jarum halus nie wajah saya disiram air, alhamdulillah saya kuat ternyata mandi air es, hiihihihii. Istirahat sudah, mandi sudah, waktunya mejeng sore di Cemorolawang, menikmati suasana sore daerah pegunungan yang sejuk, tidak lupa foto-foto narsis biar tetap eksis, heheheeeee..... Oh iya sekedar info mayoritas penduduk Cemorolawang Desa Ngadisari beragama Hindu, jadi jangan heran kalau sejauh mata memandang tidak kita temukan Masjid atau Mushola, mungkin ada tapi tidak terlihat oleh mata.


Sore di Cemorolawang banyak pedagang yang menawarkan dagangannya, sarung tangan, syal, kupluk (topi) tapi kita harus pandai menawar harganya, dan jangan buru-buru dibeli yah, seperti saya heheheee, saya udah terlanjur beli topi  harga Rp. 15.000,00 dan syal harga Rp. 15.000,00 saya tawar Rp. 25.000,00 untuk topi dan syal, setelah itu jalan lagi ketemu toko oleh-oleh disitu harga syal Rp. 5000,00 dan topi Rp. 8.000,00 jadi total Rp. 13.000,00, hihihihiiiii, biarlah itu rejeki anak yang jual topi dan syal tadi.

(mejeng sore di dusun Cemorolawang - Desa Ngadisari)


Sore hari di Cemorolawang banyak jajanan juga, ada bakso, nasi goreng, popmie, minuman-minuman hangat dan lain-lain, tapi harganya bisa dua kali lipat harga di kota, dimaklumilah pertama karena tempat wisata, kedua tempatnya dipegunungan jauh dari kota, jadi wajarlah kalo mahal.

Sebelum balik ke penginapan makan nasi goreng dulu, lumayan enaklah nasi gorengnya, porsinya pun lumayan banyak, yang bikin saya ingin makan nasi goreng karena antriannya yang panjang, kalau banyak yang antri berarti nasi gorengnya enak, yang antri pun bukan hanya turis lokal tapi bule dan turis cina pun ikut antri ingin mencicipi nasi goreng ini, harganya juga lumayan terjangkau Rp. 10.000,00 per porsinya.

Kenyang balik ke penginapan dan istirahat. Oh iya dari Jakarta saya sudah siapkan multivitamin biar tetap vit selama perjalanan, diminumnya subuh sebelum naik ke penanjakan 1, juga karena saya suka mabuk kalo naik bus jauh jadi saya juga minum antimo sebelum melakukan perjalanan dengan bus atau mini bus. Sampai penginapan lumayan cepat kami tidurnya sekitar jam 7-an kami sudah tidur, kami tidur cepat biar bisa bangun cepat juga, karena jam 02.30 dini hari jeep sewaan kami sudah menjemput.

Minggu, 24 Maret 2013 pukul 02.30 WIB dini hari pintu kamar kami sudah diketuk, jeep dan supirnya sudah ada didepan penginapan, untungnya sebelum tidur baju kami udah lengkap untuk tour hehehee..... jadi pas bangun tinggal cuci muka, sikat gigi minum fatigon dan berangkat.

Di taman wisata Bromo ini ada 4 spot yang akan kami kunjungi yang pertama menyaksikan moment sunrise di penanjakan 1, kedua kawah raksasa di puncak gunung Bromo, ketiga padang safana, keempat pasir berbisik. Lets go.....

 (dini hari di penanjakan 1 wisata bromo menanti moment sunrise hmmm...)

Jalur yang dilewati jeep menuju penanjakan 1 sungguh sangat menantang, tanjakan yang tinggi dan menikung benar-benar memacu adrenalin, teman seperjalanan ibu Sri sepanjang jalan tidak henti-hentinya sholawatan, kalau saya tidak terus berdzikir dalam hati, berharap selamat sampai tujuan, Alhamdulillah tidak sia-sia perjalanan yang menantang itu karena setelah sampai dipuncaknya kita bisa melihat moment yang setiap hari terjadi tapi tidak setiap hari kita saksikan, sunrise yang SUBHANALLAH tidak pernah bisa diungkapkan dengan kata-kata betapa indahnya moment itu. Sebelum menyaksikan sunrise kami sarapan dulu di salah satu kedai sederhana milik warga setempat, secangkir jahe hangat dan pop mie. di kedai itu juga menyediakan jaket sewaan bagi yang berminat, tarifnya Rp. 10.000,00 dipake sepuasnya. Puas menikmati sunrise sambil foto-foto narsis, perjalanan kami lanjutkan ke spot yang kedua yaitu kawah raksasa di puncak gunung Bromo, mampir sebentar di gunung Batok yang indah untuk foto-foto narsis, walau cuma pakai kamera BB suami hasilnya cukup memuaskan.

(foto-foto narsis di gunung Batok, pakai kamera BB milik suami)

Lanjut kawah gunung Bromo sudah menanti kedatangan kami, kami seperti sedang melintasi lautan luas tapi bukan lautan air, namun lautan pasir sekali lagi SUBHANALLAH betapa indahnya sulit untuk diungkapkan dengan kata-kata, hehe..


Jeep nya berhenti jauh dari penanjakan ke Bromo, bagi-bagi rejeki katanya untuk warga yang menyewakan kuda, kami ditawarin naik kuda sampai ke tangga PP Rp.150.000,00 itu dari tempat parkir jeep, kalau di pertengahan jalan harganya bisa turun berkisar antara Rp. 20.000,00 s.d Rp. 50.000,00 suamiku menyarankan saya naik kuda kalau tidak kuat jalan, tapi saya kuat kok, tidak perlu naik kuda.

Eh ada Pura tempat ibadah warga Cemorolawang yang mayoritas Hindu, di dekat gunung Bromo, tapi kami tidak foto-foto disitu mengingat perjalanan kami yang masih panjang tuk mencapai kawah raksasa di puncak Bromo. Saya tidak sempat menghitung ada berapa anak tangga tapi kata sopir jeep nya ada 240 anak tangga menuju kawah Bromo.

Tantangan berikut adalah pendakian ke kawah raksasa yang ada di puncak Bromo, kalau jalan atau mendaki saya percaya kalau saya kuat, saya hanya tidak kuat terhadap suhu dingin pegunungan, tapi persiapan saya lumayan lengkap, pakai baju 2 lapis plus jaket, celana panjang 2 lapis, kaos kaki 2 lapis, kaos tangan 2 lapis, jilbab 2 lapis plus kupluk, so dinginnya tidak terlalu menyiksaku, hihi.. bahkan untuk melindungi wajah saya dari dingin saya pakai masker sekaligus bisa melindungi dari debu.



Satu, dua, satu, dua kalo dihitung-hitung mungkin sekitar 5 kali saya berhenti untuk mengatur napas yang agak ngos-ngosan sekaligus untuk menikmati pemandangan yang indah di sekitar Bromo.
Alhamdulillah sampai juga kami di puncak Bromo bisa melihat kawah raksasa yang ada ditengahnya bisa menikmati pemandangan indah dari atas gunung Bromo SUBHANALLAH.... Sayangnya ibu Sri dan suaminya tidak ada bersama kami, maklum badannya agak gendut jadi mungkin tidak sekuat kami ^_^.

(puncak gunung Bromo 2.392 meter diatas permukaan laut)

Sebelumnya suamiku pernah bilang, kalau kita ada di puncak gunung itu perasaan kita seperti ada didunia lain, ternyata benar. Kalau melihat awan dari dalam pesawat itu biasa, tapi kalau melihat awan dari atas gunung itu luar biasa. Matahari pada saat itu terang benderang tapi tidak membuat suhu di Bromo itu jadi panas, malah sejuk, saaaaaaaangat sejuk. Puas menikmati pemandangan kawah raksasa ditengah gunung Bromo, kamipun turun makan di tenda-tenda milik warga setempat suamiku istirahat sambil makan bakso sedangkan diriku cukup popmie.

Lanjut ke spot ketiga Bukit Savanah disana juga terdapat bukit-bukit kecil sering disebut bukit teletubies disebut bukit teletubies karena mirip lokasi suting film anak-anak teletubies.


Spot yang keempat atau yang terakhir Pasir Berbisik, katanya pasirnya  bisa mengeluarkan suara seperti suara ular yang mendesis, tapi itu kalau di musim kemarau, sedangkan saat kami ada disana belum masuk musim kemarau, pemandangannya SUBHANALLAH indah banget, kita seperti berada di tengah-tegah samudera pasir.



Selesai semuanya, balik ke penginapan, capek? iya, tapi perasaan senang dan bahagia bisa liburan berdua dengan suami tercinta itu jauh lebih besar dibandingkan rasa capek, sampe penginapan langsung mandi, masya Allah udah pakai kaos kaki 2 lapis plus sepatu tapi pasir tetap masuk ke dalam kaos kaki, hihihiiii, mandi, mandi, mandi, seperti awal masuk penginapan air di kamar mandinya masih sama seperti air es, menurut supir mini bus nya ada air panas di penginapan ini kenyataannya air panasnya tidak ada, entah si supirnya yang bohong atau memang kran air panasnya yang lagi rusak, wallahualam.

Jam 11.00 WIB siang kami sudah dijemput mini bus dengan supir yang berbeda, berbeda pula waktu kami datang kami berenam saya dan suami, ibu Sri dan suami serta 2 orang bule yang sudah agak tua, dan saat pulang kami 12 orang dalam 1 mini bus 6 orang Indonesia dan 6 orang bule. Kalau waktu datang saya begitu semangat menyaksikan keindahan alam sekitar sepanjang perjalanan, pada saat pulang saya hanya bisa tidur dipundak suami, eh pas bangun bule disamping kanan saya juga ikutan tidur dipundak saya, untungnya itu bule perempuan, kalau laki-laki mungkin sudah dihajar sama suami. ^_^

Sampai di terminal Probolinggo makan siang nasi ayam lalapan, sungguh kami sangat menikmati makan siang itu mungkin karena terlalu lapar dan tidak sempat makan di Cemorolawang sudah dijemput untuk pulang.

Setelah kenyang kami tidak menunggu lama dan langsung melanjutkan  perjalanan Probolinggo - Surabaya, naik bus patas AC tarifnya sama dengan waktu datang Rp. 23.000,00 per orang total Rp. 46.000,00 untuk kami berdua.

2 Jam perjalanan saya pakai untuk tidur, zzzzzzz....... -_-

Sampai terminal Purabaya - Surabaya, lanjut naik bus kota ke stasiun Pasar Turi, kita memilih moda transportasi Kereta Api untuk kembali ke Jakarta, rute nya Surabaya (Pasar Turi) - Jakarta (Kota). Karena perjalanan yang akan kami tempuh 12 jam maka sebelum berangkat kami makan lagi, dan membeli snack serta soft drink untuk bekal perjalanan semalam Kereta Api.

(sayonara Bromo, sayonara Cemorolawang, sayonara Surabaya)

Sampai stasiun Jakarta Kota pukul 05.30 WIB pagi, karena tempat tinggal kami tidak jauh dari Stasiun KA Jakarta Kota, kami memutuskan untuk jalan kaki, hitung-hitung olahraga bukannya pelit, hehe.....

Alhamdulillah ya Allah kami sampai dengan selamat, terimakasih suamiku untuk 3 hari penuh cinta di BROMO Unforgetable Journey.







Tidak ada komentar:

Posting Komentar